Langsung ke konten utama

Maafkan Aku yang Belum Cukup Mampu Untuk Teduh

Bukankah semakin tinggi derajat seseorang di mata Allah, semakin besar pula ujian yang akan ia terima?


Setiap kali aku melihatnya tanpa sengaja, dalam hatiku terlintas, kok bisa ya, ada orang yang setulus itu? Tenang, seolah tanpa beban.


Dari beberapa orang yang mengenalnya, sekalipun yang tidak dekat—termasuk aku—mungkin bisa menilai bahwa ia adalah seseorang yang sangat rendah hati dan tulus dalam melakukan apa pun. Terlihat dari tatapan matanya, juga senyumnya yang selalu merekah. Kebersihan hatinya mampu memancarkan kebaikan dalam dirinya. Syukurnya lebih besar dalam menerima takdir hidup, dan kebahagiaannya ia bagikan kepada sekitarnya. Sehingga, kehadirannya terasa teduh bagi siapa pun yang melihatnya.


Bagiku, orang sepertinya cukup mengagumkan. Kadang, aku merasa malu sendiri pada orang yang bisa seperti itu. Yang tak berisik saat badai kehidupan menimpanya, bahkan terlihat sangat menikmatinya. Ia selalu percaya akan kuasa-Nya.


Beberapa kali ia dipatahkan oleh kenyataan, tapi ia memilih untuk tetap berdiri tegar. Menunjukkan pada dunia bahwa seolah tak terjadi apa-apa, bahwa semuanya baik-baik saja. Memang, merasa sedih dan kecewa adalah hal yang wajar. Tapi keyakinannya pada Rabb-nya telah mengalahkan rasa sakit yang ia alami selama ini.


Aku menghela napas, berharap semoga Allah memberinya kekuatan dalam menerima kenyataan yang harus ia hadapi belakangan ini. Karena bagaimanapun, kehendak Allah lebih baik daripada apa yang kita inginkan. Maka, ketika Allah sudah berkehendak, kita bisa apa? Yang bisa kita lakukan hanyalah merespons dengan baik segala ketetapan-Nya. Semoga kita termasuk orang-orang yang memilih untuk tetap berada di jalan ketaatan.


Wajahnya tenang dan menenangkan. Tatapannya memperlihatkan bahwa ia sedang berusaha cukup keras untuk berdamai dengan rasa sakitnya. Tawanya selalu menyambar kepada orang-orang di sekitarnya. Ya Rabb, aku menjadi saksi bahwa ia adalah orang yang baik.


Kadang, kita merasa ujian hidup kita sangat berat. Padahal, banyak orang yang menghadapi ujian yang jauh lebih besar. Dan manusia akan mendapatkan ujiannya masing-masing, sesuai dengan kesanggupannya. Ujian yang ia hadapi saat ini sebenarnya tampak berat. Aku belum tentu kuat jika berada di posisinya. Tapi mengeluhnya tidak seberisik aku.


Ya Rabb, jadikan aku hamba-Mu yang pandai bersyukur atas segala nikmat dan takdir yang telah Engkau tetapkan.


Kau hebat!

Jalan sabar dan syukur adalah jalan yang kau tempuh selama ini, hingga keikhlasan dan ketulusan dalam hatimu terlihat dalam keseharianmu. Aku yakin, Allah sedang merangkai takdir terindah untuk jalan hidupmu. Semoga pundakmu semakin kuat, meski harus terjatuh untuk kesekian kalinya. Semoga kau selalu percaya, ada sesuatu yang indah di hari-hari yang akan datang. Dan semesta akan berpihak padamu.


Jujur saja, ingin sekali aku menjadi seteduh itu. :"

Maafkan aku yang belum cukup mampu untuk teduh.





Komentar

Qisthoniyahzz mengatakan…
MasyaAllah sekaliiiikkkkk❤️‍🩹
Sayyidatul Azizah mengatakan…
Melowww )): nyampe hati

Postingan populer dari blog ini

EXAMINATION

Sebuah nikmat yang luar biasa yang Allah berikan dengan kesempatan untuk menuntut ilmu di negeri Kinanah ini, khususnya di kampus Al Azhar. Banyak sekali hal yang aku pelajari sekalipun dari hal yang sederhana. Bagiku, Al Azhar berhasil menempati ruang khusus di relung hati. Kali ini aku ingin berbagi sedikit pengalaman tentang ujian semester yang sedang aku jalani.  U jian Al Azhar selalu menjadi hal yang menegangkan bagi setiap mahasiswanya. Dan itulah mengapa beberapa orang menganggap bahwa ujian disini bukan sekadar ujian biasa, tetapi rasanya seperti ujian di atas ujian, karena selain menguji kemampuan akademik, juga menguji keyakinan dan ketergantungan kita kepada Allah. Setelah merasakan langsung, menurutku memang benar adanya. Karena ujian disini tidak cukup hanya dengan mengandalkan kemampuan diri sendiri, apalagi jika hanya bergantung pada belajar. Itu sama sekali tidak cukup. Sebagaimana ujian hidup yang lain, kita pun tidak bisa jika hanya mengandalkan diri sendiri tanp...

Meniti Jalan Ilmu

“Kalau misal umur kita nggak sampai di titik ‘alim, maka minimal kita wafat di jalan ilmu.” – Ustadz Agung Saputro, Lc., Dipl. Sebagian besar orang menganggap bahwa orang ‘alim itu adalah mereka yang rajin salatnya, rajin tilawah Al-Qur'annya, berpakaian syar’i, dan lain sebagainya. Padahal, itu semua adalah kewajiban setiap Muslim dan Muslimah, bukan penentu bahwa seseorang itu termasuk orang yang ‘alim. Beberapa waktu lalu, aku ikut kajian kitab Al-Kharitah wa Al-Manhaj (Kharitatul ‘Ulum Asy-Syar’iyyah wa Manhaj Ta’limiha), yang diampu oleh Al-Ustadz Agung Saputro, Lc., Dipl. Dari yang beliau sampaikan, aku menarik kesimpulan bahwa untuk sampai di titik ‘alim itu ternyata perjalanan yang sangat panjang, terutama dalam konteks menuntut ilmu syar’i. Di awal, aku sudah menyebutkan bagaimana sebagian besar orang memaknai kata ‘alim, yang ternyata tidak sesederhana itu. Maknanya cukup dalam. Dari yang aku pelajari waktu itu, simpelnya, orang ‘alim adalah orang yang memiliki malakah da...

Jelmaanmu dan Anganku

Pada semilir angin yang kian mendingin, Ku temukan kembali jelmaanmu, Membersamai perjalanan ini. Terimakasih untukmu, Yang ternyata tak mengobati rindu, Tapi justru kian menyiksaku. Boleh ku bertanya lagi? Apakah ini dirimu? Atau memang hanya jelmaanmu? Atau malah angan-anganku? Sebab benar sepertimu, Yang diamnya saja, Menjadi nasihat bagiku. Tersadar, Lalu aku menertawakan anganku, Yang tak kunjung tertepis itu. Iya, ini masih tentangmu, Wahai kelahiran dua ribu satu. Cairo International Airport, 21 Desember 2024