“Cukuplah Allah, sebaik-baik tempat mengadu dan berkeluh kesah.”
Dari sudut ruangan yang terbuka, aku melihat seseorang tampak sedang terpuruk.
Dengan berani, ia keluar dari rumahnya untuk mencari tempat ternyaman untuk mengadu.
Ia mendatangi sebuah masjid yang penuh dengan ketenteraman.
Kepada Allah, ia mengadukan segala keluh dan kesahnya.
Tanpa kata, tanpa suara, tiba-tiba matanya tampak semakin memerah. Isak tangis pun mulai terdengar. Ia menumpahkan air mata yang selama ini ia tahan, meluapkan segala sesak di dadanya. Ia tumpahkan perasaan itu bersamaan dengan lantunan ayat-ayat Al-Qur'an yang ia baca.
Ia pun mendirikan salat dan menengadahkan kedua tangannya, memohon pertolongan Allah SWT.
Setelah beberapa waktu, ia terlihat lebih tenang. Meski badai dalam hatinya belum sepenuhnya reda, ia berusaha untuk kembali berdiri dan menegakkan kepala. Ia membasuh pelupuk matanya yang telah basah oleh air mata dengan percikan air. Ia pun tersadar bahwa ia tak boleh terlalu larut dalam kesedihannya.
Ia memilih untuk kembali bangkit dari keterpurukannya. Ia berusaha memancarkan senyum manis di wajahnya, meski senyum yang terukir hanyalah upaya untuk menunjukkan bahwa ia kuat—agar dunia melihat bahwa ia sedang baik-baik saja.
Tentang seorang wanita yang kulihat kala itu, di tengah mentari yang memancarkan cahaya teriknya.
- Al-Azhar Mosque, 27 June 2023
Komentar