Langsung ke konten utama

Nggak Semua Orang Bisa Nerima Kita

Seseorang pernah berkata:

"Setiap orang pasti ada yang nggak suka sama kita. Entah itu orangnya baik ataupun kurang baik, yang pasti akan selalu ada yang nggak suka. Dan kita, sebagai orang yang nggak disukai misalnya, jangan sampai bersikap sama seperti mereka atau bahkan sampai membenci balik. Karena belum tentu orang itu benar-benar nggak suka atau benci, bisa jadi hanya kurang sreg dengan apa yang kita lakukan."

Setiap orang pasti punya kekurangan, dan sebaik apa pun manusia, pasti ada yang nggak menyukainya. Rasulullah SAW.—sebaik-baiknya makhluk—pun tetap ada yang membenci. Lalu bagaimana dengan kita yang hanya manusia biasa?

...

Cara orang bersikap pun berbeda-beda. Ada yang menunjukkan langsung di depan mata, ada yang diam-diam, bahkan ada yang sampai mengajak orang lain untuk ikut tidak menyukai kita. Tapi itu wajar, karena kita nggak punya kuasa atas orang lain. Kita nggak bisa memaksa orang lain untuk selalu senang dengan apa yang kita lakukan. Kita juga nggak bisa melarang mereka untuk tidak suka sama kita. Dan kita pun hidup bukan untuk menyenangkan semua orang. Yang penting, kita fokus pada diri sendiri, pada proses yang sedang kita jalani, sambil terus muhasabah diri.

Kadang, kita lupa bahwa di sisi lain masih ada teman, lingkungan, bahkan orang tua yang bisa menerima kita dengan baik. Yang bisa menerima latar belakang kita, masa lalu kita, aib-aib kita. Yang mau mengingatkan dan memberi nasihat saat kita salah. Dan yang lebih utama dari itu semua, ada Allah yang selalu ada. Yang selalu menerima kita dengan segala kekurangan yang kita punya. Meski jumlah mereka hanya segelintir, tapi keberadaan mereka sangat berarti dalam hidup kita, dan tentu harus kita syukuri.

Kita mau fokus ke mana?

Mau fokus pada orang-orang yang nggak suka sama kita, yang bisa menghambat proses kita bertumbuh? Atau fokus pada orang-orang yang mendukung kita? Bukankah orang-orang yang mendukung kita juga merupakan anugerah dari Allah?

Semoga kita bisa saling menerima kekurangan satu sama lain, tanpa menghakimi siapa pun atas kekurangan yang dimilikinya.

#SelfReminder


Komentar

Tody mengatakan…
Mencintai dan membenci karena Allah
Sayyidatul Azizah mengatakan…
Semangaatt tetehh ((:
Anonim mengatakan…
Terus menulis ya dear

Postingan populer dari blog ini

EXAMINATION

Sebuah nikmat yang luar biasa yang Allah berikan dengan kesempatan untuk menuntut ilmu di negeri Kinanah ini, khususnya di kampus Al Azhar. Banyak sekali hal yang aku pelajari sekalipun dari hal yang sederhana. Bagiku, Al Azhar berhasil menempati ruang khusus di relung hati. Kali ini aku ingin berbagi sedikit pengalaman tentang ujian semester yang sedang aku jalani.  U jian Al Azhar selalu menjadi hal yang menegangkan bagi setiap mahasiswanya. Dan itulah mengapa beberapa orang menganggap bahwa ujian disini bukan sekadar ujian biasa, tetapi rasanya seperti ujian di atas ujian, karena selain menguji kemampuan akademik, juga menguji keyakinan dan ketergantungan kita kepada Allah. Setelah merasakan langsung, menurutku memang benar adanya. Karena ujian disini tidak cukup hanya dengan mengandalkan kemampuan diri sendiri, apalagi jika hanya bergantung pada belajar. Itu sama sekali tidak cukup. Sebagaimana ujian hidup yang lain, kita pun tidak bisa jika hanya mengandalkan diri sendiri tanp...

Meniti Jalan Ilmu

“Kalau misal umur kita nggak sampai di titik ‘alim, maka minimal kita wafat di jalan ilmu.” – Ustadz Agung Saputro, Lc., Dipl. Sebagian besar orang menganggap bahwa orang ‘alim itu adalah mereka yang rajin salatnya, rajin tilawah Al-Qur'annya, berpakaian syar’i, dan lain sebagainya. Padahal, itu semua adalah kewajiban setiap Muslim dan Muslimah, bukan penentu bahwa seseorang itu termasuk orang yang ‘alim. Beberapa waktu lalu, aku ikut kajian kitab Al-Kharitah wa Al-Manhaj (Kharitatul ‘Ulum Asy-Syar’iyyah wa Manhaj Ta’limiha), yang diampu oleh Al-Ustadz Agung Saputro, Lc., Dipl. Dari yang beliau sampaikan, aku menarik kesimpulan bahwa untuk sampai di titik ‘alim itu ternyata perjalanan yang sangat panjang, terutama dalam konteks menuntut ilmu syar’i. Di awal, aku sudah menyebutkan bagaimana sebagian besar orang memaknai kata ‘alim, yang ternyata tidak sesederhana itu. Maknanya cukup dalam. Dari yang aku pelajari waktu itu, simpelnya, orang ‘alim adalah orang yang memiliki malakah da...

Jelmaanmu dan Anganku

Pada semilir angin yang kian mendingin, Ku temukan kembali jelmaanmu, Membersamai perjalanan ini. Terimakasih untukmu, Yang ternyata tak mengobati rindu, Tapi justru kian menyiksaku. Boleh ku bertanya lagi? Apakah ini dirimu? Atau memang hanya jelmaanmu? Atau malah angan-anganku? Sebab benar sepertimu, Yang diamnya saja, Menjadi nasihat bagiku. Tersadar, Lalu aku menertawakan anganku, Yang tak kunjung tertepis itu. Iya, ini masih tentangmu, Wahai kelahiran dua ribu satu. Cairo International Airport, 21 Desember 2024